Den Haag, nubelanda.nl. Pada hari Ahad tanggal 12 Nopember 2017 Pengurus Cabang Istimewa NU (PCI NU) di Belanda menyelenggarakan kegiatan Kajian Ahlussunnah Wal Jama'ah untuk memperkenalkan dan memperkuat akidah dan ubudiyah para pengurus dan anggotanya. Ini merupakan kajian yang pertama kali digelar sesuai dengan program kerja kepengurusan saat ini. Kajian ini rencananya akan dilaksanakan secara rutin setiap 1 bulan sekali. Dalam kesempatan itu Rais Syuriah PCI NU Belanda KH. Nur Hasyim Subadi, M.A. menggarisbawahi 2 hal penting yang perlu dilakukan oleh PCI NU Belanda di era digital dan informasi saat ini sesuai dengan amanah Muktamar NU di Jombang tahun lalu. Amanat yang pertama adalan menjaga akidah Aswaja dengan cara memperkenalkan dan memperkuatnya karena banyak anggota dan masyarakat yang masih minim pengetahuannya. Hal ini menyebabkan kader NU mudah diserang karena fondasi aswajanya tidak kuat. Amanat yang kedua adalah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesian (NKRI) dari perpecahan dan disintegrasi. Polarisasi dan konflik antar ormas karena politik cukup memprihatinkan dan berpotensi memecah NKRI. Maka, siapa pun yang merasa NU harus ikut andil mempertahankannya.
KH. Hambali Ma'sum sebagai narasumber pertama menegaskan pentingnya memelihara dan memperkuat akidah Aswaja. Beliau mengutip pendapat KH. Ma'ruf Amin bahwa tidak cukup Ahlussunnah wal Jama'ah tapi juga harus wan Nahdliyah karena banyak yang mengaku ber-aswaja tapi tidak menjalankan prinsip-prinsip ke-aswaja-an seperti tolerasi (tasamuh), balance (tawassuth), dan seterusnya. KH. Naf'an Sulchan menambahkan bahwa dulu guru beliau pernah berkata bahwa santri-santri NU akan pergi melewati batas-batas negara untuk membawa akidah aswaja. Beliau melihat bahwa keberadaan PCI NU Belanda merupakan mimpi gurunya yang jadi nyata. Santri-santri NU kini mengenyam pendidikan di benua Eropa, Amerika, Australia, dan seterusnya. Maka, penting bagi mereka untuk memperkenalkan prinsip-prinsip aswaja kepada dunia.
Kajian dimeriahkan oleh grup musik Islami "Tombo Ati" yang membuka dan menutup acara. Banyak pengurus dan nahdliyin yang hadir dari berbagai kota di Belanda seperti Amsterdam, Leiden, Wageningen, Utrecht, dan Rotterdam.